Senin, 23 September 2013

CUT NYAK DIEN (1850 - 1908)

     Cut Nyak Dien dilahirkan di Lampadang, Aceh Besar, pada tahun 1850. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, ulubalang VI Mukim. Ia dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara kerajaan Aceh dengan Belanda. Situasi itu berpengaruh terhadap dirinya.
     Ia menikah dalam usia muda dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga. Waktu perang Aceh - Belanda meletus dalam tahun 1873, kedua suami isteri itu sudah dikaruniai seorang anak. Dalam bulan Desember 1875, derah VI Mukim diduduki oleh Belanda. Cut Nyak Dien mengungsi ke tempat lain, berpisah dengan suami dan ayahnya yang terus melanjutkan perjuangan. Ibrahim Lamnga tewas dalam pertempuran di Gile Tarum dalam bulan Juni 1878. Cut Nyak Dien bersumpah hanya akan kawin dengan laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian suaminya.
     Dalam tahun 1880 ia menikah untuk kedua kalinya dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Teuku Umar adalah seorang pejuang Aceh yang terkenal pula dan banyak mendatangkan kerugian kepada pihak Belanda. Dalam tahun 1893  Teuku Umar bekerja sama dengan Belanda, sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Tiga tahun kemudian, berbalik dan memerangi Belanda kembali. Ia gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Sesudah Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Ia termasuk pejuanga yang  pantang tunduk dan tidak mau berdamai dengan Belanda.
     Enam tahun lamanya Cut Nyak Dien bergerilya. Pasukan Belanda berusaha menangkap, tetapi tidak berhasil. Lama kelamaan jumlah pasukan semakin berkurang. Bahan makanan sulit diperoleh. Umar semakin tua, mata mulai rabun dan penyakit encok mulai pula menyerang. Anak buahnya merasa kasihan melihat keadaan yang demikian itu. Pang Loat, seorang panglima perang dan kepercayaan Cut Nyak Dien melaporkan keadaan tersebut kepada Belanda. Sesudah itu pasukan Belanda datang untuk menangkap.
     Sewaktu akan ditangkap, Cut Nyak Dien mencabut rencong dan berusaha melawan. Tetapi tangannya dapat dipegang oleh seorang tentara Belanda, lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. tetapi di sana masih saja berhubungan dengan para pejuang lain yang belum tunduk. Karena itu Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itu beliau meninggal dunia pada tanggal 6 November 1908, dan dimakamkan di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar